Pages

Sabtu, 30 Mei 2015

Pengertian Citra dan Opini Publik dalam Public Relations



Pengertian Citra dan Opini Publik dalam Public Relations

Berbicara Public Relations tak bisa lepas dengan hal opini publik dan citra positif. Hal tersebut merupakan tugas utama dan tujuan dari public relations officer yaitu agar perusahaan/instansi yang diwakilkan mempunyai citra yang baik dimata publiknya dengan cara yang saling menguntungkan (win-win solution).


Citra
Definisi citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rupa, gambar, gambaran, yaitu gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk.

Sementara di website wikipedia.org, image atau citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada didalam benak seseorang.

Sedangkan menurut Frank Jefkins mengertikan citra sebagai kesan, gambaran atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) mengenai berbagai kebijakan personel, produk, atau jasa-jasa suatu organisasi atau perusahaan. (Jefkins, 2003:412)

Rhenald Kasali mendefinisikan citra sebagai kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. (Kasali, 2003:30)

Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Hubungan Masyarakat (Intermasa,1992) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia public relations, dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya sebagai berikut :
  1. Citra Cermin (mirror image)
Pengertian disini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan terutama para pemimpinnya yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tentang tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan citra di lapangan, bisa terjadi justru mencerminkan “citra”negatif yang muncul.
  1. Citra Kini (current image)
Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan /organisasi atau hal yang berkaitan dengan produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaanya, sehingga dalam posisi tersebut pihak humas/PR akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice), dan hingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding)yang menyebabkan citra kimi yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan negatif yang diperolehnya.
  1. Citra Keinginan (wish image)
Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal good awareness, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum.
  1. Citra Perusahaan (corporate image)
Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang opsitif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) sebagainya. Dalam hal ini pihak humas/ PR berupaya atau bahkan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetensi di pasar bursa saham.
  1. Citra serbaneka/majemuk (multiple image)
Citra ini merupakan citra pelengkap dari citra perusahaan diatas, misalnya bagai mana pihak humas/PR akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor, dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian diunifikasikan atau diidentikan kedalam suatu citra serbaneka/majemuk (multiple image) yang diintegrasiakn terhadap citra perusahaan (corporate image)
  1. Citra penampilan (performance image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja dan penampilan diri (performance image) para profesional pada perusahaan bersangkutan. Misal dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan, menyabut telpon, tamu, dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang. Misalnya, dalam hal mengangkat secara langsung telpon yang sedang berdering tersebut dianggap sebagai tindakan interupsi, termasuk si penerima telpon masuk tidak menyebut identitas nama pribadi atau peruashaan bersangkutan merupakan tindakan kuang bersahabat dan melanggar etika. (Ruslan, 2014:76-78)


Opini Publik
Di website wikipedia.org tertulis definisi opini publik adalah pendapat sekelompok masyarakat atau sintesa dari pendapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan.

Menurut Dra. Djonaesih S. Sunarjo, SU dalam bukunya opini publik, terbitan Liberty Yogyakarta, (1997), ciri-ciri opini publik adalah :
  1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya.
  2. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.
  3. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar. (Ruslan, 2014:66)

Untuk memahami opini seseorang dan publik, menurut R.P. Abelson (1968) mempunyai kaitan dengan :
  1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
  2. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude)
  3. Persepsi (perception), yaitu suatu proses memberikan makna, yang berakar dari berbagai faktor, yakni :
a.    Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadatyang dianut seseorang atau masyarakat.
b.    Pengalaman masalalu seseorang atau kelompok tertentu menjadi landasan atas pendapat atau pandangannya.
c.     Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat).
d.    Berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat. (Ruslan, 2014:66-67)

Dalam proses pembentukan opini digambarkan bagaimana persepsi seseorang yang dipengaruhi latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang.pada akhirnya membentuk opini publik. Proses inilah yang akan melahirkan suatu intepretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuknya suatu opini publik, apakah natinya bersifat mendukung, menentang, atau berlawanan. (Ruslan, 2014:68)

Faktor-faktor yang dapat membentuk opini publik menurut D.W. Rajecki, dalam bukunya Attitude, Themes,and Advance (1982), yaitu mempunyai tiga komponen pokok yang dikenal dengan ABCs of attitude, penjelasannya sebagai berikut :
  1. Komponen A : Affect (perasaan atau emosi)
Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci, sedih, dan kebanggaan hingga muak atau bosanterhadap sesuatu, sebagai akibat setelah merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkannya. Kemudian komponen afektiftersebut merupakan evaluasi berdasarkan perasaan seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan penilaian, yaitu “baik atau buruk”.
  1. Komponen B : Behaviour (tingkah laku)
Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima, menolak, mengambil, membeli, dan lain sebagainya.jadi komponen untuk menggerakan seseorang secara aktif (action element) untuk melakukan tindakan atau berperilaku atas suatu reaksi yang sedang dihadapinya.
  1. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar)
Komponen kognisi ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dar seseorang berdasarkan rasio dan kemampuan penalarannya. Atrinya kognitif tersebut merupakan aspek intelektualitas seseorang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. (Ruslan, 2014:68-69)



Daftar Pustaka
Jefkins, Frank. (2003). Public Relations Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kasali, Rheland. (2003). Manajemen Public Relations. Jakarta. Grafiti.
Ruslan, Rosadi. (2014). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsep dan Aplikasinya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kbbi.web.id/citra
Wikipedia.org/wiki/citra_(hubungan masyarakat)#referensi (26 mei 2015, pukul 10.00 WIB)
Wikipedia.org/wiki/Opini_publik (27 Mei 2015, pukul 15:14)

Senin, 25 Mei 2015

STRATEGI PUBLIC RELATIONS


Strategi Public Relations

Pengertian strategi public relations mennurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manajemen Jayakarta adalah “ Alternatif optional yang dipilih untuk ditempuh guna menapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations plan) (Ruslan, 2014:134)


Intisari definisi kerja public relations atau humas  oleh Dr. Rex Harlow, dari San Francisco Amerika menjadi acuan para anggota IPRA (International Public Relations Association) (1978) yang berbunyi : “Hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dan publiknya secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama” (Ruslan, 2014:130)


Dari perspektif yang berbeda menyatakan PR sebagai fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi guna melahirkan pemahaman dan penerimaan publik. (Kasali 2003 : 5)


Ahmad S. Adnanputra, M.A., M.S., pakar humas dalam naskah workshop berjudul PR Strategy (1990), mengatakan bahwa arti strategi adalah bagian terpadudari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen. (Ruslan, 2014:133)


Strategi humas atau aspek-aspek pendekatan humas atau PRO dalam menjalankan tanggung jawab dan fungsinya untuk menciptakan iklim yang kondusif  antara perusahaan dengan publiknya untuk tujuan bersama adalah sebagai berikut :

1.    Strategi Operasional

Melalui pelaksanaan program humas yang dilakukan dengan program kemasyarakatan (sociologi approach), melalui mekanisme sosial kultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai media masa. Artinya pihak humas mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar (listening), dan bujan hanya sekedar mendengar (hear) mengenai aspirasi yang ada di dalam masyarakat, baik mengenai etika, moral maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang dianut.

2.    Pendekatan persuasif dan edukatif

Fungsi humas adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik) dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan, maupun dengan menggunakan pendekatan persuasif, agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi dan sebagainya.

3.    Pendekatan tanggung jawab sosial humas

Menumbukan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk mengambil keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), namun untuk memperoleh keuntungan bersama.

4.    Pendekatan kerjasama

Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan berbagai kalangan, baik hubungan kedalam (internal relations) maupun hubungan keluar (eksternal relations) untuk meningkatkan kerjasama. Humas berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilkannya agar diterima aatau mendapat dukungan dari masyarakat (publik sasarannya). Hal ini dilakukan dalam rangka menyelenggarakan hubungan baik dengan publiknya (community relations), dan untuk memperoleh opini publik sert perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak.

5.    Pendekatan koordinatif dan integratif

Untuk memperluas peranan PR di masyarakat, maka fungsi humas dalam arti sempit hanya mewakili lembaga atau institusinya. Tetapi peranannya yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan mewujudkan keetahanan nasional di bidang politik, ekonomi, sosial budaya (Poleksosbud) dan Hamkamnas. (Ruslan, 2014:143-144)


Strategi komunikasi persuasif – strategi/ teknik komunikasi persuasif public relations atau humas dalam menjalankan fungsinya agar tercapai tujuan yang lebih jelasnya bisa dibaca di buku seri Manajemen PR ke-3, yang berjudul Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (2002:9-10) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.   Informasi atau pesan yang disampaikan harus berdasarkan pada kebutuhan atau kepentingan khalayak sebagai sasarannya.

2.   PR sebagai komunikator dan sekaligus mediator berupaya membentuk sikap, dan pendapat yang positif dari masyarakat melalui rangsangan atau stimulasi tertentu.

3.   Mendorong publik untuk berperan serta dalam aktivitas perusahaan atau organisasi, agar tercipta perubahan sikap dan penilaian (perubahan dari situasi negatif diubah menjadi situasi yang positif)

4.   Perubahan sikap dan penilaian dari pihak publik dapat terjadi maka pembinaan dan pengembangan terus menerus diakukan agar peran serta tersebut terpelihara dengan baik. (Ruslan, 2014:131)


Seorang praktisi public relations atau humas memiliki tugas tidak hanya sebagai pembentuk citra positif, melainkan sebagai fungsi manajemen suatu perusahaan. Fungsi manajemen didasarkan pada analisis terhadap pengaruh yang kuat dari lingkungan, apa efek dan dampaknya terhadap publik internal maupun eksternal. Merencanakan suatu kegiatan dan peraturan untuk direalisasikan, dengan tujuan memperoleh keuntungan dua belah pihak. (Rumanti, 2002 : 31).


Landasan umum dalam proses penyusunan strategi public relations, menurut Ahmad S. Adnanputra dalam makalah “PR Strategy” (1990), yang berkaitan dengan fungsi-fungsi PR atau humas secara integral melekat pada manajemen suatu perusahaan atau lembaga, yaitu sebagai berikut :

1.   Mengidentifikasi permasalahan yang muncul.

2.   Identifikasi unit-unit  sasarannya.

3.   Mengevaluasi mengenai pola dan kadar sikap tindak unit sebagai sasaranya.

4.   Mengidentifikasi tentang struktur kekuasaan pada unit sasaran.

5.   Pemilihan opsi atau unsur taktikal strategi public relations.

6.   Mengidentifikasi dan evaluasi terhadap perubahan kebijaksanaan atau peraturan pemerintah dan lain sebagainya.

7.   Langkah terakhir adalah menjabarkan strategi public relations, dan taktik atau cara menerapkan langkah-langkah program  yang telah direncanakan, dilaksanakan, mengkomunikasikan, dan penilaian/evaluasi hasil kerja. (Ruslan, 2014:139-140)

Scott M. Cutlip & Allen H. Center (Prentice-Hall, Inc. 1982:123) menyatakan bahwa proses perencanaan program kerjanya melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai  berikut :

  1. Penelitian dan mendengarkan (Research – Listening)

Dalam tahap ini, penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi. Setelah itu bru dilakukan pengevaluasian fakta-fakta, dan informasi yang masuk untuk menentukan keputusan berikutnya. Pada tahap ini akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi, yaitu What’s our problem (Apa yang menjadi problem/masalah kita).

  1. Perencanaan dan mengambil keputusan (Planning – Decision)

Dalam tahap ini sikap, opini, ide-ide, dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan pihak yang berkepentingan mulai diberikan : Here’s what we can do? (Apa yang dapat kita kerjakan).

  1. Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (Communication – Action)

Dalam tahap ini informasi yang berkenaan dengan lankah-langkah yang akan dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya: Here’s what we did and why? (Apa yang talah kita lakukan dan mengapa begitu)

  1. Mengevaluasi (Evaluation)

Pada tahapan ini, pihak public realations atau humas mengadakan penilaian pada hasil-hasil dari program-program kerja atau aktivitas humas yang telah dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektivitasan dari teknik-teknik manajemen dan komunikasi yang telah dipergunakan : How did we do (Bagaimana yang telah kita lakukan). (Ruslan, 2014:148-149)





Kemampuan yang harus dimiliki praktisi PR atau Humas

fungsi humas yang lain adalah melakukan aktivitas komunikasi kepada para stakeholder internal maupun eksternal yang bertujuan untuk menjalin hubungan baik dan membentuk reputasi positif di mata para stakeholder. (Rumanti, 2002 : 32)

Public Relations merupakan sebuah bidang yang secara langsung berhubungan dengan khalayak baik eksternal maupun internal. Adapun yang harus dimiliki praktisi PR atau humas adalah:

1.    Layaknya seorang Public Relations harus mampu menjalin hubungan baik dengan lembaga regulator atau pemerintah, yang tentunya tak hanya dilakukan melalui publisitas melalui media, melainkan juga melakukan lobi.

2.  Staf PR juga harus menjaga hubungan baik dengan pelanggan, dengan mendengarkan keluhan dan keinginan pelanggan tersebut.

3.    Staf PR juga harus menjaga hubungan baik dengan komunitas sekitar organisasi tempatnya bekerja melalui pengembangan komunitas sebagai tanggung jawab sosial organisasi. (Iriantara, 2004 : 4)



Dalam menjalankan fungsi PR atau humas, pejabat humas dituntut untuk memiliki empat kemampuan yaitu sebagai berikut :
1.    Memiliki kemampuan mengamati dan menganalisis suatu persoalan berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja,komunikasi dan mampu mengevaluasi suatu problematik yang dihadapinya.

2.    Kemampuan untuk menarik perhatian melalui berbagai kegiatan publikasi yang kreatif, inovatif, dinamis, dan menarik bagi publiknya sebagai target sasaraannya.

3.    Kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum melalui kekuatan public relations (Power of the PR) dalam merekayasa pandangan atau opini publik (Crystallizing public opinion) yang searang dengan kebijakan organisasi atau instansi yang diwakilkannya itu dalam posisi saling menguntungkan. 
4.   Kemampuan PR atau humas menjalin suasana saling percaya, toleransi, salinng menghargai, good will dan lain sebagainya dengan berbagai pihak, baik publik internal maupun eksternal. (Ruslan, 2014:132)




Iriantara, Yosal. 2004. Community Relations Konsep dan Aplikasinya. Simbiosa Rekatama Media : Bandung
Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Jakarta : Pustaka Utama Grafiti
Rumanti, Sr Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar Public Relations. Jakarta : Grasindo
Ruslan, Rosadi. (2014). Manajemen Public Relations Dan Media Komunnikasi Konsep dan Aplikasinya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada


Selasa, 19 Mei 2015

Definisi Public Relations


Definisi Public Relations

Ada banyak para pakar yang mendefinisikan public relations. Beberapa yang saya rangkum dari berbagai sumber. Definisi public relations adalah : 

Dr. Rex Harlow dalam bukunya berjudul : “ A Model For Public Relations Education For Professional Practices yang di terbitka oleh International Public Relations Association (IPRA) 1978 menyatakan definisi public relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan  kerja sama ; melibatkan manajeman dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen untuk mampu menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecendurangan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. (Ruslan, 2014:16)

Public Relations atau Humas.  Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico city, Agustus 1978, menghasil kan definisi humas atau public relations yang dinamakan the statement of Mexico.  Ditetapkan definisi humas atau public relations adalah sebagai berikut : humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang dapat dipergunakan menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksi setiap kemungkinan konsekunsi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi maupun kepentingan khalayaknya (Anggoro, 2002:2)

Bila kita perhatikan definisi PR ada beberapa kata kunci yakni relasi, komunikasi, publik, dan reputasi atau citra positif. Kita lihat dari beberapa definisi yang dikutip  Yosal Iriantara (2004b:5). Scoot Cutlip dan Allan Center mendefinisikan PR dengan “ upaya terencana guna mempengaruhi opini publik memalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak”. Praktisi PR, Dr.Carter McNamara (2001:1) mendefinisikan PR berdasarkan tujuan kegiatan yang dirumuskan sebagai “ aktivitas berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat dimata publik”. Definisi tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya PR merupakan proses komunikasi kepada publik untuk menjalin relasi yang baik sehingga tercapai tujuan untuk membangun, membina, dan menjaga citra positif atau reputasi atau reputasi baik. Kita yang hidup dalam masyarakat komunikasi seperti saat ini, menggantungkan kebutuhan informasi pada media massa. Apalagi dunia kita sendiri sudah dinamakan sebagai dunia sesak media. Maka kegiatan komunikasi dalam konteks PR pun banyak memanfaatkan kehadiran media massa untuk berkomunikasi dengan publiknya untuk mencapai tujuan. (Iriantara, 2005:9)

Definisi Public Relations yang diambil dari The British Institute Of Public Relations berbunyi :
  1. Public Relations Activity is management of communications between an organization and its public” (Aktivitas Public Relations adalah mengelola komunikasi antara organisasi dengan publiknya)
  2. “Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effrot to establish and maintain mutual understanding between an organization and its public”. (Praktik Pubblic Relations adalah memikirkan merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya). (Ruslan, 2014:17)


Fungsi Public Relations
Menurut Edward L. Bernay dalam bukunya  Public Relations (1952, University of Oklahoma) terdapat 3 fungsi utama humas atau public relations, yaitu :
  1. Memberikan penerangan/penjelasan kepada masyarakat.
  2. Melakukan persuasi untuk mengubag sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
  3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. (Ruslan, 2014:18-19)

Menurut pakar humas internasional, Cutlip & Centre, and Canfield (1982) fungsi public relations dapat dirumuskan  sebagai berikut :
  1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)
  2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
  3. Menidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya.
  4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
  5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. (Ruslan, 2014:19)

Dikaitkan dengan fungsi Public relations dalam Manajemen Humas (Cutlip et.al. 2000:5) secara operasional teknis public relations yaitu sebagai berikut :
  1. Public relations berfungsi melaksanakan :
a.       Penelitian (Research)
Ini adalah tahap penelitian dalam PR, baik dalam memperoleh data primer dan sekunder, maupun penelitian bersifat opinion research, secara kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan ini bersifat motivation research yaitu penelitian yang tertuju pada jiwa manusia yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan yang paling mendasar.
b.      Perencanaan (Planning)
Penyusunan suatu program acara (event) atau agenda setting dan program kerja humas. Penyusunan tersebut berdasarkan data fakta  di lapangan, kebijakan, prosedur, tema, dan kemampuan dana serta dukungan dari pihak terkait.
c.       Pengkoordinasian (Coordinating)
Maksudnya adalah mengkoordinir satu tim kerja dengan menentukan kerja sama dan keterlibatan dari instansi atau personel lainnya kedalam satu koordinasi tim yang solid sebagai pencapaian tujuan lembaga organisasi.
d.      Administrasi (Administration)
Menyangkut masalah administrasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dokumentasi, sistem pengarsipandan pencatatan keluar atau masuknya uang, dan sekaligus merupakan suatu bukti tertulis /tercatat dalam sistem administrasi yang baik.
e.       Produksi (Production)
Hal ini merupakan bentuk produk publikasi dan promosi yang dikelola oleh humas, dalam upaya mendukung perluasan/pemasaran produk atau nama dan pengaruh pada sebuah organisasi dan sebagainya . merencanakan media plan, publication-publicity, audio visual, special events & regular events untuk tujuan berkampanye.
f.        Partisipasi komunitas (Community Participation)
Maksudnya adalah partisipasi humas dalam melakukan suatu komunikasi timbal balik dengan komunitas masyarakat/publik tertentu untuk mencapai saling pengertian dan citra positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Misal kegiatan peduli bidang social marketing dan social care.
g.       Nasihat (Advisory)
Memberikan sumbang saran kepada manajemen dan pimpinan perusahaan berkenaan dengan kebijakan organisasi tentang penyesuaian berdasarkan kepentingan publik eksternal/internal,maupun berdasarkan hasil pengidentifikasian keinginan dan reaksi opini publik terhadap tujuan perusahaan.
  1. Aktivitas Humas (PR Activities) :
a.       Pencarian fakta/permasalahan (Fact Finding)
b.      Perencanaan (planning)
c.       Komunikasi (Communication)
d.      Evaluasi (Evaluating)
  1. the right man and the right place or the right man behind the gun”, yaitu antara lain upaya humas untuk mencapai :
a.       Efektifitas
Berhasil mencapai tujuan, seraya untuk memuaskan semua pihak terkait.
b.      Efisiensi
Ketepatan mengelola keuangan/dana secara tepat.
  1. Fungsi dan tanggung jawab manajemen PR
Fungsi dan tanggung jawab manajemen public relations (PR) untuk membangunsuatu yang menguntungkan bagi terciptanya hubungan baik antara organisassi/perusahaan dengan publik sasarannya. Dan melalui tanggung jawab tersebut merupakan akuntabilitas bagi fungsi public relation terhadap organisasinya. (Ruslan, 2014:38-39)

Secara garis besar aktivitas utama public relations officer manager (PRO Manager) dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen perusahaan berperan sebagai berikut :
  1. Communicator
Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, memalui media cetak/atau elektronik dan lisan (spoken person) atau tatap muka dan sebagainya. Disamping itu juga bertindak sebagai mediator dan sekaligus persuador.
  1. Relationship
Kemampuan peran PR/humas membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilkannya dengan publik internal dan eksternal. Juga, menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.
  1. Back up Management
Melaksanakan dukunagn manajemen dan menunjang lain seperti, promosi, pemasaran, operasional, personalia, dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi.
  1. Good Image Maker
Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/ organisasi dan produk yang diwakilkannya. (Ruslan, 2014:26-27)

Yang perlu dipahami oleh praktisi public relations atau humas terutama adalah kaitan antara citra dan opini. PR bukanlah iklan semata-mata. Iklan melakukan tugasnya sering menolong (satu arah) sebaliknya PR melakukannya secara dialog dengan memperhatikan input dari masyarakat dan memberikan respon-respon positif kepadanya. (Kasali, 2005:28)



Manajemen public relations
Berbicara mengenai manajemen tentang manajemen public relations, Menurut Mc Elreath, (Managing Systematic adn Ethical Public Relations,1993, Madison, Wisconsin : Brown & Mark)  manajemen public relations atau humas adalah / berarti penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian suatu kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi; mulai dari pertemuan kelompok kecil hingga berkaitan dengan konfrensi pers internasional via satelit, dari pembuatan brosur hingga kampanye nasional memalui multimedia, dari menyelenggarakan acara open house hingga kampanye politik, dari pengumuman pelayanan publik hingga menangani kasus manajemen krisis. (Ruslan, 2014:31)

Pada umumnya manajemen humas melalui fungsi atau beberapa tahapan- tahapan sebagai berikut :
  1. Perencanaan (Planning)
  2. Pengorganisasian (Organizing)
  3. Pengkomunikasian (Communicating)
  4. Pengawasan (Controlling)
  5. Dan penilaian (Evaluating)
(Ruslan, 2014:25)


Tujuan Public Relations
Renald Kasali , dalam bukunya Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, diterbitkan Pustaka Utama Grafiti, (1994), menyatakan : “fungsi manajemen humas yang bertujuan menciptakan dan mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan atau produknya terhadap segmen masyarakat, yang kegiatannya langsung ataupun tidak langsungmempunyai dampak bagi masa depan organisasi, lembaga, perusahaan dan produknya.


Public Relations atau Humas dalam pemerintahan
Humas merupakan bagian integral dari pemerintah dan gejala-gejala yang kemudian menjadi unsur –unsur penting bagi konsep humas yang diakui sudah ada sejak manusia ada. Gejala-gejala tersebut adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain, hasrat seseorang untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain, anjuran seorang pemimpin kepada pengikutnya, ajakan penguasa kepada rakyatnya, dan sebagainya. (Effendy,1992:1-2)

Sam Black dalam bukunya Practical Public Relations menjelaskan bahwa humas pemerintah pusat pada departemen-departemen mempunyai dua tugas yaitu yang pertama, menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijaksanaan, perencanaan dan hasil yang telah dicapai. Yang kedua, menerangkan dan mendidik publik mengenai perundang-undangan, peraturan-perturan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan rakyat sehari-hari. Selain itu tugasnya juga menasehati pemimpin departemen dalam hubungannya dengan reaksi atau tanggapan publik terhadap kebijakan yang dijalankan. (Effendy,1992:37)



Anggoro, Linggar. (2002). Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Effendy, Onong Uchjana. (1992). Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Iriantara, Yosal. (2005). Public Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kasali, Rheland. (2005). Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Ruslan, Rosadi. (2014). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsep dan Aplikasinya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.